Progres implementasi program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MB-KM) di Universitas Widyatama (UTama) yang sudah berjalan dari semester genap di tahun akademik 2020-2021, mendapat perhatian dari LLDIKTI.

“Ya kami mendapat info tersebut dari LP2M Universitas Widyatama setelah mereka dihubungi oleh pihak LLDIKTI, agar pelaksanaan MB-KM UTama diekspos,” kata Prof. Dr. H. Dadang Suganda, M.Hum., Wakil Rektor Bidang Akademik, Kemahasiswaan dan Pembelajaran UTama, Sabtu (24/7/2021).
“Apa yang diimplementasikan dalam proses akademiknya (MB-KM), di antaranya UTama telah melakukan relaksasi kurikulum. Lima semester untuk kompetensi program studi dan tiga semester untuk kompetensi tambahan. Dalam tiga semester itu mahasiswa kami belajar satu semester di luar prodi dan dua semester di luar kampus,” imbuhnya.

Masih kata Prof Dadang, selama ini dalam pelaksanaan MB-KM, mahasiswa UTama ada yang melakukan magang di perusahaan, kewirausahaan, mengikuti program membangun desa, kemanusiaan, riset bersama dosen dan lainnya.Kegiatan tersebut nantinya akan direkognisi dan dihitung menjadi nilai SKS untuk memenuhi total nilai SKS sebagai salah satu syarat meraih gelar sarjana.

“Hasil dari kegiatan magang, kewirausahaan, membangun desa bisa dijadikan tugas akhir. Paling ideal dibuatkan laporan yang sistematikanya sudah ada. Di samping itu bisa dijadikan sebagai artikel jurnal terakreditasi,” kata Prof Dadang.

Adapun manfaat kegiatan dua semester di luar kampus bagi mahasiswa, bisa memperoleh pengalaman langsung bekerja di dunia nyata. Termasuk mendapat ilmu linearitas sesuai dengan kurikulum termasuk kebaruan.

Dr. M. Rozahi Istambul, S.Kom., M.T., Duta Kampus Merdeka Universitas Widyatama
Dr. M. Rozahi Istambul, S.Kom., M.T., Duta Kampus Merdeka Universitas Widyatama
“Setiap Prodi di Universitas Widyatama sebetulnya sudah disarankan untuk melakukan MB-KM, tetapi yang paling agresif masih dilakukan oleh Fakultas Teknik,” kata Prof Dadang.

Untuk mengimplementasikan dan akselerasi ke depan, pihak Universitas Widyatama menugaskan Dr Muhammad Rozahi Istambul, Dekan Fakultas Teknik yang juga terpilih menjadi Duta Kampus Merdeka Universitas Widyatama.

“Pak Rozahi bertugas untuk mengakselerasi, fasilitasi serta memberikan pengetahuan-pengetahuan yang berkaitan dengan implementasi MB-KM di Universitas Widyatama. Terutama bagaimana definisi operasionalnya,” kata Prof Dadang.
“Sebetulnya masih banyak perguruan tinggi yang belum menerapkan MB-KM termasuk pemahamannya. Alhamdulillah Universitas Widyatama sudah bisa melakukannya. Sudah bisa merancang output MB-KM, nanti akan menjadi kegiatan secara menyeluruh di setiap Prodi. Secara prinsip sebetulnya kami sudah melakukan implementasi kampus merdeka,” pungkasnya.

Pada kesempatan berbeda Dr Muhammad Rozahi Istambul, mengatakan dirinya ditunjuk oleh Dirjen DIKTI menjadi Duta Kampus Merdeka, secara berkesinambungan menginformasikan mengenai MB-KM. Tidak hanya untuk kampus UTama saja, tetapi juga untuk kampus lainnya,.

Saat menjadi narasumber kegiatan web seminar “Sosialisasi Percepatan Lanjut MB-KM Universitas Widyatama” Sabtu (24/7/2021), ia menegaskan dalam mengembangkan MB-KM, harus fokus kepada mahasiswa.  Setiap Prodi yang ada harus benar-benar menfasilitasi mahasiswa yang ingin mengikuti program MB-KM.

Para mahasiswa dapat mengikuti MB-KM sesuai dengan sembilan indikator utama dari pemerintah, seperti pertukaran pelajar, magang/praktik kerja, asistensi mengajar di satuan pendidikan, penelitian/riset, proyek kemanusiaan, kegiatan wirausaha, studi/proyek independen dan membangun desa/kuliah kerja nyata tematik.

Namun begitu dirinya tidak memungkiri saat ini ada beberapa Prodi dan dosen yang ragu terhadap implemetasi program MB-KM, khawatir akan mengurangi kompetensi keilmuan para mahasiswa selama studi di kampus.

Masih kata Dr Rozahi para mahasiswa bisa mengikuti MB-KM secara linear sesuai keilmuan ataupun lintas keilmuan. Hal itu untuk memberikan kebebasan, kemandirian, mengembangkan kompetensi para mahasiswa di luar keilmuannya. Semenjak di dalam kampus selain menerima keilmuan sesuai komptesinya (lima semester), sisanya (tiga semester) diberi kebebasan mengembangkan diri sesuai keinginan dan di luar keilmuannya.

MB-KM sendiri dilaksanakan selama tiga semester, bisa dilakukan di semester enam, tujuh dan delapan. Dua semester di luar kampus satu semester di dalam kampus (di luar Prodi).

“Apabila ditotalkan menjadi 60 SKS. Tapi itu bukan kewajiban, silahkan kalau mau diikuti oleh Prodi bersangkutan. Kalau pun tidak ya tidak apa-apa dan tidak ada sanksi. Namun disayangkan, apabila kita tidak memfasilitasi mahasiswa kita untuk memahami karakteristik di dunia luar, mungkin passion dari mahasiswa itu tidak sepenuhnya sesuai dengan Prodinya,” kata Dr Rozahi.

“Ternyata saat ikut magang di tempat lain lebih menarik. Ibaratnya bisa saja orang teknik melakukan magang di partai politik, sangat boleh. Sehingga memberikan wawasan, saat selesai kuliah masuk partai politik dan mengimplementasikan nila-nilai keteknikan, begitu juga dengan keilmuan dan bidang yang lain,” imbuhnya.

Pemerintah juga memberikan keleluasaan kepada perguruan tinggi untuk mengembangkan MB-KM. Jadi intinya, menurut Dr Rozahi, perguruan tinggi diberikan kewenangan penuh kepada institusi melalui rektorat dalam merencanakan MB-KM nya seperti apa.

Di UTama sendiri, kata Dr Rozahi memberikan kebebasan kepada setiap Prodi untuk mendesain MB-KM.

“Jadi memang enaknya diberi kebebasan penuh dalam berkarya, kreatif dan inovatif. Pemerintah fokus ke situ mempersilahkan perguruan tinggi yang lebih banyak mendesain MB-KM. Sebetulnya pemerintah juga menyiapkan dukungan dengan membuat program magang bersertifikat, program studi independen bersertifikat, itu dibiayai pemerintah namun terbatas dan ada seleksi,” kata Dr Rozahi.

Saat ditanya fakultas mana yang paling banyak mengimplementasikan MB-KM di UTama ,dirinya memaparkan, bahwa Fakultas Teknik masih yang paling banyak.

“Sebenarnya di Fakultas Ekonomi dan Bisnis ada yang mengikuti program magang bersertifikat sebanyak dua orang serta program mengajar di satuan pendidikan. Sedangkan di Fakultas Teknik ada 60 mahasiswa ikut magang yang di desain oleh Fakultas Teknik sendiri. Intinya dalam melaksanakan MB-KM bisa melalui pemerintah ataupun digarap sendiri oleh perguruan tinggi juga boleh. Tidak ada interfensi, pemerintah hanya memberikan backup. Yang penting mahasiswa difasilitasi oleh Prodi atau institusinya,” kata Dr Rozahi.

Sementara itu Ari Purno Wahyu, Sekretaris Prodi Teknik Informatika, Fakultas Teknik UTama, memaparkan bahwa mahasiswanya sangat antusias mengikuti program magang di perusahaan. Untuk semester ganjil di tahun akademik 2021-2022 (gelombang kedua), lebih dari 30 orang akan mengikuti program itu.

Banyaknya yang ikut program magang dikarenakan mahasiswa Prodi Teknik Informatika ingin sesuatu yang baru, di samping itu ingin mengembangkan kemampuan diri.

“Di kami ada lima konsentrasi, pertama penjurusan, networking, multimedia, grafis, it dan games itu di semester enam. Umumnya mahasiswa kami magang di perusahaan konsultan ada juga yang di rumah sakit membuat sistem informasi penyebaran penyakit Covid. Karena sedang pandemi ada yang shifting ada juga yang work from home. Untuk yang mengikuti di gelombang awal sudah berjalan enam bulan,” kata Ari.
“Secara teknis saat magang ada dua orang pembimbing satu dari Univeritas Widyatama dan satu dari tempat magang. Prodi juga selalu berkonsultasi dengan pembimbingnya. Setiap memberikan laporan projek (seminggu sekali) ada tanda tangan dari pembimbing magangnya kepada dosen pengampu mata kuliahnya. Juga dilakukan konsultasi dua arah agar memudahkan merekognisi nilai SKS,” kata Ari.

Diakui Ari program magang tersebut bisa meningkatkan kemampuan mahasiswanya. Umumnya yang ikut magang mahasiswa yang sudah duduk di semester tujuh dan akan menyusun tugas akhir.

 “Dari projek magangnya bisa ke dalam bentuk jurnal atau dalam bentuk karya yang akan direkognisi sebagai tugas akhir. Sehingga mahasiswa bisa cepat selesai (lulus),” kata Ari.

(Sumber : majalahsora.com)