Professor dari Universiti Teknologi Mara Malaysia Mengisi Workshop Universitas Widyatama

Untuk meningkatkan kualitas research para dosen Universitas Widyatama yang berkualitas tinggi sesuai dengan harapan Kemenristek Dikti khususnya terindeks Scopus, perlu adanya workshop dari reviewer yang berlevel Q1 Scopus agar dosen-dosen dapat melakukan research yang berkualitas guna meningkatkan taraf Universitas Widyatama.

Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Rektor Bidang Akademik, Perencanaan dan Kerjasama Universitas Widyatama Prof. Mohd. Haizam Bin Mohd. Saudi saat memberikan opening speech pada kegiatan “Research Development Workshop” yang diselenggarakan oleh Pimpinan Yayasan dan Rektorat Universitas Widyama bertempat di Gedung Auditorium (GSG) Widyatama Selasa-Rabu 18-19 September 2018. Workshhop sendiri diisi oleh Reviewer Q1 Scopus dari Universiti Teknologi Mara (UITM) Malaysia Mej (KESATRIAN) Professor. Dr. Norzaidi Haji Mohd Daud dan dihadiri oleh para dosen di lingkungan Universitas Widyatama.

Menurut Prof. Dr. Norzaidi, saat ini banyak peneliti masih menggunakan jenis research yakni kualitatif dan kuantitatif, namun yang benar dan popular di Malaysia there are three type of research, yakni Basic research, Applied research and Translational research. Untuk membedakan ketiga jenis research tersebut, Prof. Dr. Norzaidi mengambil sample sederhana berupa ballpoint. Jika dulu tidak ada ballpoint, sekarang ada ballpoint, itulah Basic research. Sudah ada ballpoint, diberikan improve berupa warna dari biru menjadi warna merah, itulah applied research. Temuan atau research yang sudah ada jika diimplementasikan untuk bermanfaat bagi kemaslahatan masyarakat, we called it Translational research.

Dosen di lingkungan Universitas Widyatama mengikuti Reserach Development Workshop

Yang harus dilakukan oleh peneliti, namun bukan tentang metodologi, ketiganya adalah: (1) pendekatan penelitian area inti; (2) Pendekatan penelitian kolaboratif; (3) Pendekatan mahasiswa penelitian; (4) pendekatan penelitian Angel dan (5) pendekatan penelitian pipa. Dia menekankan: “Pertama dan terutama, saya akan menjelaskan pendekatan pertama yaitu pendekatan penelitian area ‘Niche’. Pendekatan ini mengharuskan peneliti untuk berkonsentrasi dan menentukan bidang penelitian, misalnya dari pekerjaan Ph.D. Dengan memanfaatkan pendekatan ini, akan ada beberapa keuntungan yang dapat diraih para peneliti, antara lain: akan lebih mudah diterima karena para periset memperoleh pengakuan melalui peningkatan penelitian dan tulisan di bidang khusus dan yang pada akhirnya dibangun untuk diakui sebagai pakar di bidang niche.”

Kedua, dianggap penting untuk mengejar penelitian kolaboratif di mana penelitian akademis dibagi di antara para peneliti. Dengan demikian, lanjutnya, mengatakan “Akan ada banyak keuntungan untuk mendapatkan seperti pekerjaan yang dikumpulkan, penelitian dan penulisan dapat ditingkatkan melalui penelitian kolaboratif untuk meningkatkan produktivitas dan tingkat penerimaan proposal penelitian dan juga untuk meningkatkan komitmen untuk menyelesaikan tugas khusus yang disepakati dari proyek penelitian.”

Ketiga, juga penting untuk mempertimbangkan pendekatan Research student agar selalu membawa ide baru, belajar dari orang lain dan mensinergikan gagasan baru mengingat kompleksitas isu terkini. “Pendekatan ini dapat diadopsi untuk mencari hubungan komplementer – sinergi yang dikelola dan dirancang untuk mempromosikan ide-ide baru dan oleh karena itu kegiatan tersebut tentu dapat mengarah pada perluasan cakupan penelitian dan juga kaitannya dengan pendanaan penelitian,” tambah Prof. Dr. Norzaidi.

Saat melakukan penelitian, tidak hanya perspektif peneliti yang penting, namun sudut pandang dari lembaga pendanaan juga perlu diperhitungkan. Pendekatan semacam itu mungkin bisa diterapkan karena jaringan (akademisi dan non-akademisi), konferensi atau pertemuan bisnis, strategi dan publikasi strategi kontrak menang-menang. Ini adalah pendekatan keempat yang bisa diimplementasikan, menurut Prof. Dr. Norzaidi. Sedangkan pendekatan terakhir adalah pendekatan penelitian pipeline yang mengharuskan pembangunan pertama massa kritis setidaknya dua proyek penelitian yang siap diajukan. Sebagai konsekuensinya, Prof. Dr. Norzaidi menyoroti, mengatakan: “Begitu kita mengembangkan sebuah massa kritis kita perlu mempertahankannya dengan menyiapkan proposal baru untuk ditambahkan ke tumpukan proposal yang diajukan, sementara yang lain diterima”. (Ed)