Orasi Ilmiah Prof. Dr. Zulganef tentang Kesenjangan antara Teori dan Praktek Manajemen di Indonesia

SABACIREBON. — Di Indonesia saat ini masih terdapat kesenjangan, antara teori dan praktek manajemen diakibatkan oleh sistem pengajaran, berupa teori-teori berdasarkan buku-buku teks yang berasal dari negara-negara Barat. Hal itu merupakan kesimpulan yang disampaikan Prof. Dr. Zulganef, Drs., MM pada Orasi Ilmiah pengukuhan dan pelantikannya sebagai Guru Besar di hadapan sidang terbuka Senat Universitas Widyatama, di Bandung Kamis 1 Februari 2024. Pada sidang terbuka Senat Universitas yang dipimpin Rektor Universitas Widyatama Prof. Dr. Dadang Suganda itu Prof. Zulganef menyampaikan orasinya dengan mengupas mendalam terkait pentingnya “Peran Perguruan Tinggi dalam Mengurangi Kesenjangan antara Teori dan Praktek Manajemen di Indonesia.”

Menurut Guru Besar pertama Universitas Widyatama kelahiran Bandung 21 November 1963 itu bahwa sebuah Ilmu berkembang melalui penelitian-penelitian, demikian pula halnya dengan ilmu manajemen. Ilmu manajemen modern menurutnya dimulai dari hasil penelitian Henry Fayol dan Frederick Taylor, yang sekarang dikenal sebagai bapak Ilmu Manajemen Modern. Selanjutnya hasil penelitian atau pengamatan Henry Fayol dan Frederick Taylor tersebut dikembangkan oleh kolega atau murdi-muridanya, sehingga membentuk sebuah ilmu pengetahuan.

Perkembangan ilmu pengetahuan tersebut umumnya muncul dari adanya kesenjangan (gap) antara teori dan praktek. Penelitian biasanya dikembangkan berdasarkan adanya kesenjangan antara teori dan praktek tersebut.

Mengutip pendapat Drucker, menurut Prof. Zul, demikian dia mulai dipanggil di kalangan teman-teman dekatnya, bahwa perkembangan manajemen terjadi karena ada inovasi-inovasi dalam praktek, sehingga memunculkan kesenjangan antara praktek dan teori. Untuk menanggulangi terjadinya kesenjangan antara praktek dan teori manajemen tersebut, Zulganef berpendapat perlu dikembangkan teori-teori atau konsep-konsep manajemen yang berasal atau bersumber dari praktek-praktek manajemen di Indonesia sendiri.

“Untuk menggali teori-teori manajemen yang berasal dari praktek-praktek manajemen di Indonesia tersebut, pendidikan tinggi sebagai penyelenggara pengajaran manajemen dan para pengajar manajemen di Indonesia hendaknya melakukan penelitian-penelitian yang lebih intensif,” kata Guru Besar yang menyelesaikan pendidikan Magister dan Doktoral di Univerdsitas Gajah Mada. Dalam kaitan pentingnya menggali dan meneliti secara lebih intensif terkait praktek manajemen di Indonesia, ayah dari 3 anak hasil pernikahannya dengan Fenilia binti Jalinus, mengusulkan agar pemberi materi pengajaran manajemen perlu dilatih atau disekolahkan kembali untuk menjadi para peneliti manajemen yang mandiri.

Orasi ilmiah Prof. Dr. Zulganef mendapat pernatian penuh dari Senat Universitas Widyatama, termasuk pengurus Yayasan Widyatama dan para undangan, diantaranya 8 rekrtor dari universitas di Jabar yang menjadi binaan Universitas Widyatama.

Pengukuhan dan pelantikan Prof. Zulganef dan rekannya, Prof. Dr. Maman Suratman telah menjadi tonggak sejarah bagi eksistensi Universitas Widyatama sebagai universitas swasta berkualitas dan berakreditasi Unggul. Keberhasilan atas prestasi dua orang dosen tetapnya pada Faklultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) dalam mencapai jenjang karier akademis tertinggi sebagai Guru Besar atau Profesor telah membuktikan keseriusan Universitas dan Yayasan Widyatama dalam mengembangkan lembaga pendidikan tingginya menjadi lebih baik dari masa ke masa. ***