Muhasabah Universitas Widyatama : Dari mana kita berasal?

Muhasabah Universitas Widyatama

Muhasabah

Sabtu (30/08/2014) Universitas Widyatama menyelenggarakan Muhasabah dengan mengundang Cak Nur bersama Cak Ayub sebagai penceramah. Acara ini dihadiri oleh seluruh Pimpinan Yayasan & Rektorat beserta jajarannya, dosen dan karyawan. “Muhasabah Universitas Widyatama akan dilaksanakan  Insya Allah  setiap 1 tahun satu kali, dengan tujuan  membuat semua karyawan serta dosen lebih dekat dengan Allah SWT”, tutur Bapak T.Ontowiryo S.E., MBA, selaku Ketua Yayasan ketika memberikan sambutan sebelum acara Muhasabah berlangsung.

Beliau pula menuturkan bahwa “Muhasabah kali ini merupakan tahap pertama dalam melakukan evaluasi diri bagi Yayasan dan Universitas, karena akan ada muhasabah kedua yang insya Allah akan diselenggarakan pada tanggal 1-3 September  2014. Muhasabah pertama lebih menitikberatkan pada penguatan softskill, sedangkan muhasabah kedua lebih focus pada hardskill,  kaitannya dengan evaluasi kinerja”.

Muhasabah berasal dari kata hasibah yang artinya menghisab atau menghitung.  Muhasabah diidentikan dengan menilai diri sendiri atau mengevaluasi, atau introspeksi diri. Dalam ceramahnya, Cak Nur membedah isi Alqur’an beserta tafsirnya membuka fikiran kita bahwa dari terbentuknya bumi sampai dengan binasanya (Kiamat), terbukti sangatlah dijelaskan. Terbentuknya Planet, menjadi sebuah orbit yang sering dijadikan penunjuk arah, Flora serta Fauna dan terbentuklah orang tua kita.

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”, [Q.S.Al-Hasyr (59):18].

Dari firman Allah di atas tersirat suatu perintah untuk senantiasa melakukan muhasabah supaya hari esok akan lebih baik. Dalam melakukan muhasabah, seorang muslim menilai dirinya, apakah dirinya lebih banyak berbuat baik ataukah lebih banyak berbuat kesalahan dalam kehidupan sehari-harinya. Dia mesti objektif melakukan penilaiannya dengan menggunakan Al Qur’an dan Sunnah sebagai dasar penilaiannya bukan berdasarkan keinginan diri sendiri.

Oleh karena itu melakukan muhasabah atau introspeksi diri merupakan hal yang sangat penting untuk menilai apakah amal perbuatannya sudah sesuai dengan ketentuan Allah. Tanpa introspeksi, jiwa manusia tidak akan menjadi baik.