Mengenal lebih dekat dengan Thalasemia

Mengenal lebih dekat dengan Thalasemia

Talasemia Merupakan Suatu Penyakit Darah Yang Ditandai Dengan Berkurang Atau Ketiadaan Produksi Dari Hemoglobin Normal. Talasemia Biasanya Terjadi Di Daerah-Daerah Dimana Terjadi Endemik Malaria, Khususnya Malaria Yang Disebabkan Oleh Plasmodium Falciparum.
Apakah Talasemia Itu? Adalah Penyakit Keturunan (Genetik) Dimana Terjadi Kelainan Darah (Gangguan Pembentukan Sel Darah Merah). Sel Darah Merah Sangat Diperlukan Untuk Mengangkut Oksigen Yang Diperlukan Oleh Tubuh Kita.
Pada Penderita Talasemia Karena Sel Darah Merahnya Ada Kerusakan (Bentuknya Tidak Normal, Cepat Rusak, Kemampuan Membawa Oksigennya Menurun) Maka Tubuh Penderita Talasemia Akan Kekurangan Oksigen, Menjadi Pucat, Lemah, Letih, Sesak Dan Sangat Membutuhkan Pertolongan Yaitu Pemberian Transfusi Darah.

Talasemia Merupakan Suatu Penyakit Darah Yang Ditandai Dengan Berkurang Atau Ketiadaan Produksi Dari Hemoglobin Normal. Talasemia Biasanya Terjadi Di Daerah-Daerah Dimana Terjadi Endemik Malaria, Khususnya Malaria Yang Disebabkan Oleh Plasmodium Falciparum.

Apakah Talasemia Itu? Adalah Penyakit Keturunan (Genetik) Dimana Terjadi Kelainan Darah (Gangguan Pembentukan Sel Darah Merah). Sel Darah Merah Sangat Diperlukan Untuk Mengangkut Oksigen Yang Diperlukan Oleh Tubuh Kita.

Pada Penderita Talasemia Karena Sel Darah Merahnya Ada Kerusakan (Bentuknya Tidak Normal, Cepat Rusak, Kemampuan Membawa Oksigennya Menurun) Maka Tubuh Penderita Talasemia Akan Kekurangan Oksigen, Menjadi Pucat, Lemah, Letih, Sesak Dan Sangat Membutuhkan Pertolongan Yaitu Pemberian Transfusi Darah.

 

Selasa (2/11/14), Bank OCBC NISP dalam program CSR (Corporate Social Responsibility) bekerjasama dengan Universitas Widyatama dengan menyelenggarakan Acara Seminar mengenai Penyakit Thalasemia dengan tema “Hindari Thalasemia Kenali,Cegah, Putus”. Acara yang dihadiri serta di buka oleh Rektor Universitas Widyatama Dr.H.Islahuzzaman, S.E., M.Si., Ak., CA didampingi oleh Wkil Rektor Bidang Pembelajaran dan Kemahasiswaan Prof. Dr. Davidescu Cristiana V. M., M.A. serta Ka. Biro Kemahasiswaan Asep Sudrajat, S.E., MT.

Antusiasme dari mahasiswa dan karyawan yang ingin mengetahui bahaya dan pencegahan thalasemia sangatlah banyak, dan hampir banyak dari audien yang datang itu memiliki anak, rekan, atau saudara yang terjangkit penyakit thalasemia.

Pada talasemia terjadi kelainan pada gen-gen yang mengatur pembentukan dari rantai hemoglobin sehingga produksinya terganggu. Gangguan dari pembentukan rantai globin ini akan mengakibatkan kerusakan pada sel darah merah yang pada akhirnya akan menimbulkan pecahnya sel darah tersebut. Berdasarkan dasar klasifikasi tersebut, maka terdapat beberapa jenis talasemia, yaitu talasemia alfa, beta, dan delta.

Acara yang bertempat di Gedung B Lantai 6 ini menjelaskan pula mengenai pencegahannya. Untuk mencegah terjadinya talasemia pada anak, pasangan yang akan menikah perlu menjalani tes darah, baik untuk melihat nilai hemoglobinnya maupun melihat profil sel darah merah dalam tubuhnya. Peluang untuk sembuh dari talasemia memang masih tergolong kecil karena dipengaruhi kondisi fisik, ketersediaan donor dan biaya. Untuk bisa bertahan hidup, penderita talasemia memerlukan perawatan yang rutin, seperti melakukan tranfusi darah teratur untuk menjaga agar kadar Hb di dalam tubuhnya ± 12 gr/dL dan menjalani pemeriksaan ferritin serum untuk memantau kadar zat besi di dalam tubuh. Penderita talesemia juga diharuskan menghindari makanan yang diasinkan atau diasamkan dan produk fermentasi yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi di dalam tubuh. Dua cara yang dapat ditempuh untuk mengobati tasalemia adalah transplantasi sumsum tulang belakang dan teknologi sel punca (stem cell). Pada 2008, di Spanyol, seorang bayi di implan secara selektif agar menjadi pengobatan untuk saudaranya yang menderita talasemia. Anak tersebut lahir dari embrio yang diseleksi agar bebas dari talasemia sebelum dilakukan implantasi secara Fertilisasi in vitro. Suplai darah plasenta yang immunokompatibel disimpan untuk transplantasi saudaranya. Transplantasi tersebut tergolong sukses. Pada 2009, sekelompok dokter dan spesialis di chennai dan coimbatore mencatatkan pengobatan sukses talasemia pada seorang anak menggunakan darah plasenta dari saudaranya.