Art Therapy Center Widyatama Torehkan Karya Bagi Starbucks

Dari kiri ke kanan, Firli Heriana (pendiri The Special ID), Dr. Anne Nurfarina (Direktur Art Therapy Center Widyatama), tiga anak ABK pelukis desain tas dan tempat minum, Fatur Ridho, Claudia Panca, Hendra Gunawan, dan Liryawati (chief marketing officer Starbucks Indonesia).

Dilansir dari REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Starbucks Indonesia baru saja merayakan kehadirannya selama 17 tahun di Tanah Air. Bersamaan dengan perayaan tersebut Starbucks meluncurkan koleksi tas (tote bag) dan tempat minum (tumbler) koleksi terbatas yang dirancang oleh anak-anak berkebutuhan khusus (ABK).

Kolaborasi Starbucks terwujud dengan The Special ID yaitu sebuah social enterprise yang didirikan oleh pengajar Art Therapy Center Widyatama di Bandung. The Special ID menghubungkan kreator dengan para peminat karya yang dibuat oleh mereka yang berkebutuhan khusus atau difabel.

Ada tiga desain yang dibuat Starbucks bersama The Special ID. Tiga desain tersebut dirancang oleh sosok yang berbeda.

Liryawati, chief marketing officer Starbucks Indonesia, mengatakan kolaborasi kali ini sengajak dilakukan untuk memberi unjuk kalau setiap anak muda di Indonesia harus diberi kesempatan. Tidak terkecuali mereka yang difabel dan berkebutuhan khusus. “Mereka harus diberi kesempatan, supaya mereka juga bisa bersinar seperti anak muda lain,” kata Liryawati.

Salah satu koleksi tas dan tempat minum Starbucks yang dibuat bersama siswa Art Therapy Center Widyatama dan The Special ID

Pendiri The Special ID sekaligus pengajar di Art Therapy Center Widyatama, Firli Heriana, mengatakan Starbucks merupakan retail pertama yang menggandeng anak-anak di tempatnya. “Kami senang kerja sama ini. Anak-anak jadi memiliki tempat. Karya-karyanya diakui dan didagangkan,” ujarnya.

Adalah Hendra Gunawan, Fatur Ridho, dan Claudia Panca, yang karyanya terpilih sebagai desain tas dan tempat minum. Hendra melahirkan desain dengan tema Bhineka Tunggal Ika. Desain Hendra terwujud dalam beragam wajah berwarna-warni dengan latar belakang putih. Hendra menerangkan, wajah-wajah tersebut adalah para pahlawan di Indonesia yang mewakili keanekaragaman.

Karya Fatur lebih banyak dibalut warna dasar biru. Karyanya terinspirasi dari perjalanannya melihat gedung-gedung di Eropa dengan panduan Google Maps.

Sedang karya Claudia diberi judul Milo the Cat. Claudia yang seorang mahasiswi semester 6 jurusan desain grafis melukiskan seekor kucing yang suka tersenyum ketika dia tidur.

Anne Nurfarina, direktur Art Therapy Center Widyatama, mengatakan kolaborasi anak-anak asuhannya dengan Starbucks membuktikan kalau difabel dan anak berkebutuhan khusus juga bisa berkarya dan menghasilkan. Menurutnya, meski zaman sudah modern stiga masih tetap melekat pada difabel dan mereka yang berkebutuhan khusus. “Banyak perusahaan yang masih belum mau menyerap tenaga kerja difabel dan berkebutuhan khusus,” kata Anne.