Teknik Sipil UTama Memberikan Solusi Untuk Mengatasi Masalah Drainase Di Komplek De Marakkesh Bandung

Yanyan Agustian, Ph.D., Ketua Program Studi Teknik Sipil, UTama
Yanyan Agustian, Ph.D., Ketua Program Studi Teknik Sipil, UTama

Masalah perkotaan tidak hanya terletak pada masalah kemacetan semata. Tingginya pertumbuhan penduduk dan kebutuhan (demand) akan tempat tinggal layak memicu pembangunan kawasan pemukiman dan perubahan tata guna lahan yang cepat.

Sayangnya perubahan fungsi kawasan dan tata guna lahan tersebut tidak diimbangi dengan penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang baik. Terutama pada segi tata guna air (saluran drainase, kolam retensi, dan lain-lain), sehingga memperbesar potensi terjadinya banjir pada kawasan tersebut.

Oleh sebab itu perlu adanya studi yang komprehensif untuk menangani hal tersebut, untuk terciptanya suatu sistem tata guna air yang sustainable dan bisa mengendalikan, meminimalisis potensi terjadinya banjir atau genangan.

Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Widyatama (UTama) dalam hal ini, mencoba menerapkan sistem tata guna air tersebut, dalam lingkup perumahan. Dengan tujuan bagaimana menciptakan suatu sistem tata guna air yang sustainable, dari mulai saluran drainase hingga kolam retensi dan teknologi-teknologi lainnya.

Lokasi yang dijadikan contoh dalam kajian ini adalah Komplek De Marakkesh yang berada di Kelurahan Derwati, Kecamatan Rancasari, Kota Bandung.

“Program PKM ini merupakan kegiatan rutin dari Prodi Teknik Sipil UTama. Bertujuan untuk membantu memberikan wawasan dan rekomendasi ilmiah kepada masyarakat atas fenomena-fenomena yang sedang terjadi,” ujar Yanyan Agustian, Ph.D., Ketua Program Studi Teknik Sipil.
“Dalam PkM kali ini Prodi Teknik Sipil UTama mengangkat isu pengendalian banjir atau genangan air (cileuncang) di perkotaan, Komplek Marakkesh di Kota Bandung, sebagai lokasi studinya,” imbuhnya.

PKM ini diadakan pada hari Selasa (30/3/2021), melalui media Zoom meeting. Dikarenakan kondisi pandemi yang belum berakhir.

Dihadiri oleh pemerintah setempat (RT), tokoh masyarakat, pengurus DKM, mahasiswa dan dosen dari Prodi Teknik Sipil, UTama.

Dalam kesimpulannya, Prodi Teknik Sipil, UTama, merekomendasikan beberapa hal untuk pengendalian genangan di Komplek De Marakkesh, Kota Bandung.

Di antaranya pemetaan dan perbaikan jaringan drainase, penambahan kapasitas kolam retensi, pengaturan operasional pompa, pemasangan biopori dan sumur resapan serta pembuatan sistem pemanenan air hujan (Rain Water Harvesting).

Lebih lanjut Yanyan mengatakan, sistem RWH diharapkan bisa mengalirkan air hujan langsung ke dalam sumur resapan, selain mengurangi potensi volume air genangan juga akan menambah kapasitas air tanah.

“Biopori akan membantu mempercepat penyerapan air hujan yang jatuh di lahan selain atap rumah. Air yang tidak terserap ke dalam tanah akan dialirkan melalui jaringan drainase dan ditampung sementara di dalam kolam retensi. Saat volume kolam retensi akan penuh, pompa akan dioperasikan dan mengalirkan air, di dalam kolam ke sungai Cipamokolan yang ada di dekat Komplek Marakkesh,” kata Yanyan.

Sementara itu Suhendar ketua RT 04 Komplek Marakkesh Kota Bandung, sangat berterima kasih kepada pihak Prodi Teknik Sipil UTama yang telah bersedia menyumbangkan waktu dan tenaganya, untuk membantu permasalahan genangan di Komplek Marrakesh.

“Kami berharap kajian ilmiah ini nantinya dapat diterapkan dan diimplementasikan di komplek kami, sehingga ke depan tidak akan terjadi lagi genangan-genangan saat terjadi hujan lebat,” kata Suhendar.

Kegiatan ini ditutup dengan sesi tanya jawab dengan para peserta Zoom Meeting untuk mendapatkan feedback dan masukan terkait rencana tahap berikutnya.

(Sumber : majalahsora.com)