“KOMMA” Alat Pembuat Pupuk Kompos Karya Dosen & Mahasiswa Teknik Sipil UTama Bisa Mengurangi Sampah

 Diketahui sampah yang berasal dari aktivitas penduduk di perkotaan sangat besar jumlahnya. Hal itu juga diduga berpotensi menjadi sumber gas metana.

Gas metana merupakan salah satu Gas Rumah Kaca (GRK) yang dapat menyebabkan efek rumah kaca, sebagai penyebab terjadinya pemanasan global (Global Warming).

Saat ini permasalahan sampah di berbagai daerah terutama di perkotaan semakin pelik.

Mulai dari volume sampah yang semakin menggunung sehingga tidak bisa tertampung oleh TPS setempat. Maupun masalah pencemaran udara yang ditimbulkan karena tumpukan sampah yang tidak terangkut.

Masalah lainnya adalah kurangnya pengetahuan masyarakat akan pendayagunaan sampah, baik itu organik maupun anorganik dengan upaya daur ulang sampah.

Melihat permasalahan tersebut Teknik Sipil Universitas Widyatama, mencoba untuk mengimplementasikan ilmu dalam lingkup rekayasa lingkungan, yaitu pendayagunaan sampah organik menjadi pupuk kompos dengan bantuan alat KOMMA (Komposter sederhana Sipil Utama).

Tujuannya mengelola sampah organik menjadi sesuatu yang bermanfaat dan dapat digunakan kembali dengan menerapkan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle).

Adapun lokasi yang dijadikan contoh dalam kegiatan tersebut sekaligus pengabdian kepada masyarakat (PKM) UTama, dilangsungkan di Komplek Puri Cipageran Indah 1 Blok H-6, Kelurahan CIpageran, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi, Minggu (5/9/2021).

Dilakukan secara tatap muka langsung dengan warga daerah itu. Dalam pelaksanaannya tetap menerapkan protokol kesehatan.

“Program PKM ini merupakan kegiatan rutin kami dari Prodi Teknik Sipil Utama. Bertujuan membantu memberikan wawasan dan rekomendasi ilmiah kepada masyarakat atas fenomena-fenomena yang sedang terjadi,” kata Yanyan Agustian, PhD, Ketua Program Studi (Prodi) Teknik Sipil UTama, Selasa, (7/9/2021).

Kemudian Yanyan menjelaskan bahwa dalam PKM tersebut Prodi Teknik SIpil UTama mensosialisasikan upaya  pendayagunaan sampah organik menjadi pupuk kompos dengan bantuan alat KOMMA.

“Prinsip kerjanya sederhana, hanya perlu mengumpulkan sampah organik (dedaunan, atau sisa makanan) kemudian diberi cairan pengurai, dicampur aduk. Terakhir dimasukan ke dalam Komposter. Kita tunggu hasilnya dalam 3-4 minggu. Nantinya akan dihasilkan pupuk cair dan pupuk padat yang bisa langsung digunakan kembali untuk menyuburkan tanaman warga,” kata Yanyan.

Tahap tersebut juga baru tahap pilot percontohan. Jika hasilnya baik maka akan dibuat alat “KOMMA” untuk kubikasi sampah organik yang lebih besar.

PKM tersebut kata Yanyan dihadiri oleh pengurus RT, tokoh masyarakat setempat, mahasiswa termasuk Dosen dari Prodi Teknik Sipil UTama

Dalam kegiatan PKM itu, Prodi Teknik Sipil UTama juga menunjukan bagaimana cara menggunakan alat “KOMMA” tersebut dan mensosialisasikan manfaat apa yang nantinya bisa didapat dengan adanya alat “KOMMA” dari UTama.

Ke depan diharapkan dengan adanya alat “KOMMA” ini, permasalahan sampah khususnya di lingkungan Komplek Puri Cipageran Indah 1 Blok H-6 Kelurahan Cipageran, menjadi lebih terkendali dan berdaya guna. Sekaligus dapat meningkatkan nilai ekonomis bagi warga dari hasil daur ulang sampah tersebut.

Pada saat kegiatan PKM, Kuswandi salah satu warga, mengungkapkan bahwa dengan hadirnya “KOMMA” warga Komplek Puri Cipageran Indah 1 Blok H-6, Kota Cimahi, sangat terbantu.

“Kami sangat senang dan berterima kasih kepada Prodi Teknik Sipil UTama yang telah bersedia menyumbangkan gagasan dan inovasinya. Mudah-mudahan alat “KOMMA” ini bisa membantu permasalahan pengendalian sampah organik di lingkungan kami,” kata Kuswandi.

“Sehingga tidak akan terjadi lagi permasalahan sampah yang tidak terangkut dan tertampung di TPS,” imbuhnya.

(Sumber: majalahsora.com)