Dosen Animasi University of Southern California Isi Kuliah Umum di Universitas Widyatama

Kalangan disabilitas diberikan ruang yang sama untuk berkarya di dunia animasi. Bahkan, kemampuan dari kalangan disabilitas memberikan kekayaan terhadap karya animasi.

“Perhatian terhadap detail dari anak-anak disabilitas sangat dibutuhkan dalam sebuah karya. Kami tidak membatasi anak-anak disabilitas untuk bergabung dengan kami,” ujar ujar Eric Hanson, desainer efek visual dan pengajar animasi dari University of Southern California di Fakultas Desain Komunikasi Visual (DKV) Universitas Widyatama di Jalan Cikutra, Kota Bandung, Senin 5 Februari 2018.

Hanson menyampaikan “Perhatian terhadap detail dari anak-anak disabilitas sangat dibutuhkan dalam sebuah karya. Kami tidak membatasi anak-anak disabilitas untuk bergabung dengan kami,”

Menurut Hanson, menjawab salah satu pertanyaan siswa disabilitas, di kampusnya banyak anak-anak disabilitas yang bergabung. Perbedaan mereka, kata Hanson, justru tidak melahirkan karya yang biasa-biasa saja.

Ketelitian kalangan disabilitas terhadap detail, sangat diperlukan di dunia animasi. Hanson menyebutkan kesempatan terbuka luas. “Jangan takut belajar dan menumpahkan kreativitas di dunia animasi,” kata Hanson.

Hanson adalah desainer efek visual dengan fokus pada penciptaan digital environmental untuk VR dan film. Karya-karyanya bersama studio-studio efek visual ternama seperti Digital Domain, Sony Imageworks, Dream Quest Images, dan Walt Disney Feature Animations.

Karya-karya Hanson dapat dilihat pada film-film seperti “The Day After Tomorrow“, “Cast Away“, “Mission to Mars“, “Fantasia 2000“, dan “The Fifth Element“.

Kota Bandung merupakan kota pertama dari 17 tempat yang akan dikunjungi Hanson. Diakui Hanson, ini merupakan kali pertama ia berkunjung ke Indonesia.

Dalam paparannya, Hanson menyebutkan fasilitas perkuliahan perfilman yang ada di University of Southern California. Menurut dia, ketika mengajar di kelas yang besar, ia bertemu dengan banyak siswa dari berbagai negara. Ia juga belajar budaya siswa-siswanya.

“Saya tidak memahami dan mengetahui budaya tempat asal mereka, tetapi saya membantu mereka menceritakan budayanya melalui film di kelas saya,” ucapnya.

Hanson berharap akan ada lebih banyak lagi pemuda yang tertarik dengan sekolah film. Nantinya mereka akan melahirkan film yang menginspirasi. Diyakini Hanson, film adalah alat untuk mempersatukan perbedaan.

Kalangan disabilitas diberikan ruang yang sama untuk berkarya di dunia animasi. Bahkan, kemampuan dari kalangan disabilitas memberikan kekayaan terhadap karya animasi.

Rektor Universitas Widyatama Dr. Islahuzzaman, S.E., M.Si., Ak., CA mengatakan, paparan Hanson akan menambah konsepsi dan pengetahuan tentang creating digital visual effect. Islahuzzaman mengatakan, kuliah umum itu juga mengundang siswa SMA dan SMK. Harapannya, wawasan yang sama akan mendorong mereka agar tertarik lebih dalam di dunia animasi.

“Wawasan terkait animasi dan efek visual dari Eric Hanson diharapkan dapat memacu semangat mahasiswa untuk berkarya serta membuka wawasan akan peran animasi dalam dunia industri kreatif,” ujarnya.

Islahuzzaman mengatakan, kegiatan itu merupakan kerja sama Universitas Widyatama dengan Kedutaan Amerika Serikat. Acara ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan American Film Showcase yang diadakan oleh Kedutaan Besar Amerika Serikat.