Diskusi Relevansi Softskill dengan Kebutuhan Dunia Kerja

Berdasarkan hasil survei National Association of Colleges and Employers, USA, 2002 (disurvei dari 457 pimpinan), ternyata Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) bukanlah hal yang dianggap penting di dalam dunia kerja. Yang jauh lebih penting adalah softskill antara lain Kemampuan Komunikasi, Kejujuran dan Kerja sama, Motivasi, Kemampuan beradaptasi, Kompetensi interpersonal lainnya, dengan orientasi nilai yang menjunjung kinerja yang efektif.

Menyikapi hal tersebut diatas, Universitas Widyatama sebagai salah satu perguruan tinggi swasta terkemuka di Jawa Barat siaga memenuhi tuntutan dunia kerja dengan meng’link’kan pada industri sebagai pengguna lulusan. Universitas Widyatama berusaha untuk menghasilkan lulusan mampu memiliki Competitive Behavior.

Mengingat arah pengembangan lulusan Widyatama tidak hanya difokuskan pada kemampuan mengisi kebutuhan tenaga kerja namun difokuskan pada kemampuan ’entrepreneur’ dan ’private enterprise’, maka sebagai implementasi dari orientasi tersebut, Universitas Widyatama akan mengembangkan indikator kualitas lain yang tidak terlihat (intangible) namun sangat diperlukan dalam dunika kerja yang dikenal dengan sebutan ’Soft skill’.

Guna  memahami lebih jauh tentang atribut softskill yang diprioritaskan di Industri-industri di Indonesia, untuk itu Universitas Widyatama akan menyelenggarakan Diskusi dengan tema ”Relevansi Softskill dengan kebutuhan dunia kerja,” pada Sabtu 26 Mei 2007, di Ruang Seminar Lt.VI Graha Widyatama, Jalan Cikutra Bandung. Akan hadir  Keynote Spech : Dr. Ichsan S Putra, kemudian Pembicara lainnya antara lain,  Rully Setiawan, S.E  (Bank Mandiri), Helmi Wahidi, S.E., M.Si (Telkomsel), Sonny Gunawan, S.E.(Yogya Dept. Store), Bambang Budi Tresno, S.E., Ak. (Kantor Akuntan Bambang Budi Tresno), Femi Ismayawati , S.E., M.M. (Pak Chi Met) dan Aep Mulyana, S.E (dloops).

Menurut ketua pelaksana Diskusi, Dr. Nina Nurani, S.H., M.Si,  kegiatan diskusi ini bertujuan untuk memfasilitasi Universitas Widyatama, industri (user), dan Dosen Pembina mata kuliah, untuk dapat duduk bersama, merumuskan atribut softskill yang menjadi prioritas di dalam dunia kerja.

Lebih rinci Nina menjelaskan, tujuan diskusi ini antara lain, mendeteksi gejala-gejala perubahan yang terjadi pada industri pengguna lulusan serta untuk mendapatkan informasi yang tepat tentang kebutuhan industri dari lulusan perguruan tinggi. Tak kalah pentingnya adalah mendapatkan informasi mengenai atribut softskill yang menjadi prioritas industri sesuai dengan kebutuhan kerja, serta menghubungkan antara kalangan akademisi dengan kalangan praktisi tentang kompetensi lulusan perguruan tinggi di dunia kerja.

Sementara itu terkait dengan adanya perubahan di era kesejagatan menggiring pada perubahan paradigma di bidang ekonomi dan pendidikan. Saat ini, organisasi telah bergeser menjadi organisasi dengan pola jejaring (network), fokus pada pelanggan serta bersumber pada informasi. Sementara di bidang pendidikan pun telah berubah dari Old Industrial Education menjadi New Entrepreneurial Education. Beberapa perubahan dalam paradigma pendidikan yaitu dulu berfokus pada isi, pembelajaran berpusat pada dosen, dosen bersikap sebagai seorang ahli dan penekanan pada teori, sekarang telah mengalami pergeseran menjadi fokus pada proses, pembelajaran berpusat pada mahasiswa, dosen bertindak sebagai fasilitator dan penekanan pada bagaimana cara menyelesaikan permasalahan.

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi telah mengantisipasi perubahan tersebut dengan menyusun strategi jangka panjang pendidikan tinggi (HELTS) tahun 2003-2010. Strategi jangka panjang tersebut telah menetapkan tiga kebijakan dasar yang telah menjadi pijakan setiap perguruan tinggi untuk melangkah ke arah yang lebih berkualitas. Melalui otonomi diharapkan perguruan tinggi dapat mengatur diri, menentukan arah dan kebijakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan agar menjadi institusi pendidikan tinggi yang sehat dan lambat laun dapat bersaing dalam persaingan global melalui keunggulan SDM, hasil riset dan temuan lainnya. Dalam rangka meningkatkan daya saing bangsa, maka kualitas sumber daya mahasiswa harus ditingkatkan, agar menjadi lulusan yang kompeten. Lulusan yang kompeten tidak hanya sekedar mampu menguasai pengetahuan dan teknologi di bidangnya, melainkan juga memiliki Soft skills.***

Soft skill