PIKIRAN RAKYAT – Universitas Widyatama baru-baru ini menyelenggarakan Widyatama International Conference dengan tema “Digital Transformation: Innovation and Disruption”. Konferensi ini bertujuan untuk membahas bagaimana transisi digital dapat berkontribusi pada pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) di berbagai sektor, khususnya di Indonesia. Konferensi ini menghadirkan para ahli dari berbagai bidang, termasuk ilmu sosial, pendidikan, dan energi, untuk membahas tantangan dan peluang yang muncul akibat pesatnya perkembangan teknologi digital. Para peserta berasal dari berbagai negara, antara lain Kamboja, Singapura, dan Jepang. Ditemui oleh tim Pikiran-Rakyat.com, Rektor Universitas Widyatam, Prof. Dr. H. Dadang Suganda, M.Hum, menekankan pentingnya kolaborasi internasional untuk mencapai SDGs. Beliau berharap konferensi ini dapat menghasilkan rekomendasi konkret yang dapat diterapkan dalam berbagai sektor, terutama wirausaha dan pendidikan. “Oleh karena itu, luaran yang kami harapkan dari seminar ini ada kontribusi kepada kami, kepada masyarakat kepada negara kepada dunia dalam konteks yang sifatnya SDGs dan kewirausahaan.
Bukan tanpa alasan diskusi ini dibangun berdasarkan kondisi yang terjadi secara global, salah satunya adalah perubahan iklim. Dadang mengungkapkan dalam diskusinya bersama akademisi dari Kamboja, perubahan iklim menjadi salah satu masalah yang paling disoroti. “Ada banyak gejolak dunia, katanya ada 20 gejolak, yang paling pertama itu adalah perubahan iklim,” ujarnya. Tak hanya iklim, dalam kesempatan yang sama Dadang Suganda menjelaskan, perkembangan digital yakni dibidang IT, hingga bubble property juga menjadi masalah global saat ini.
Tranformasi Digital Secara Global
Widyatama International Conference dengan tema Digital Transformation: Innovation dan Disruption dibuka dengan pembahasan permasalahan di dunia sosial yang disampaikan langsung oleh pemateri asal kamboja, Ith Vuthy, MSc. MA. Ith Vuthy membahas tantangan digitalisasi di kawasan Asia Tenggara, khususnya di Indonesia. Beliau menyoroti ketidakmerataan akses digital di berbagai wilayah Indonesia dan menggarisbawahi pentingnya kebijakan pemerintah yang efektif untuk mengatasi masalah ini. “Luasnya wilayah Indonesia membuat pemerataan digitalisasi sulit dilakukan,” tuturnya pada kesempatan tersebut. Ith Vuthy mengungkapkan opininya dalam masalah pemerataan di Indonesia, Vuthy berpendapat bahwa salah satu solusi yang mungkin adalah dengan mengimplementasikan program digitalisasi yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik masing-masing wilayah.
“Terkadang kebijakan dari pemerintah tidak diimplementasikan dengan baik di lapangan,” katanya lagi. Selain kondisi sosial, pada pertemuan itu juga dibahas masalah pendidikan disektor digitalisasi yang saat ini sedang terjadi, disampaikan oleh Prof. Dr. Sri Suning Kusumawardani. Dalam kesempatan itu Sri mengungkapkan 3 permasalahan yang terjadi saat ini, yakni: akses yang tidak merata, kualitas yang tidak serupa, dan ketidaksadaran pentingnya pendidikan tinggi. Kemudian pembahasan lainnya terkait sistem energi untuk mencapai kestabilan, yang dibahas langsung oleh Dr. Eng. Muhammad Aziz, dari Universitas Tokyo. Pada kesempatan itu Aziz menyoroti kehadiran EV (Electronic Vehicle) yang kehadirannya memberikan impact terhadap kondisi alam dan pemanfaatan energi bagi kehidupan.***