Kurikulum Adaptif: Kunci untuk Mencetak Lulusan yang Siap Menghadapi Tantangan Dunia Kerja

Kurikulum yang adaptif menjadi kunci untuk mencetak lulusan yang siap menghadapi tantangan.

Salah satu langkah yang sering diambil oleh perguruan tinggi untuk memastikan kurikulumnya tetap relevan adalah melakukan reorientasi kurikulum secara berkala.

Universitas Widyatama, misalnya, secara rutin melakukan evaluasi dan penyesuaian kurikulum untuk memastikan bahwa materi yang diajarkan selalu sesuai dengan kebutuhan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DU/DI).

Hal tersebut disampaikan oleh Rektor Universitas Widyatama, Prof. Dr. H. Dadang Suganda, M.Hum, wisuda gelombang pertama untuk tahun akademik 2024/2025, dengan total 1018 wisudawan yang berhasil menyelesaikan studi mereka.

Prof. Dadang menjelaskan bahwa Universitas Widyatama saat ini tengah menjalani masa transisi, dengan fokus utama untuk memantau perkembangan kebijakan akademik.

Salah satu langkah strategis yang diambil oleh universitas adalah peningkatan kualitas program studi (Prodi) serta kualitas lulusan agar lebih siap menghadapi tantangan di dunia industri.

“Kami telah melakukan reorientasi kurikulum, yang didasarkan pada hasil tes, saran dari alumni, serta masukan dari berbagai pihak yang kini bekerja di berbagai profesi,” jelasnya, di Harris Hotel and Convention, Kota Bandung, Sabtu (23/11/2024).

Prof. Dadang juga menekankan pentingnya kolaborasi ini untuk terus menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan dunia nyata.

Kurikulum di Universitas Widyatama terus diperbarui sesuai dengan perkembangan zaman. Perubahan ini dilakukan setiap semester, bahkan lebih sering jika diperlukan, agar dosen dan mahasiswa selalu mendapatkan ilmu yang relevan dengan kondisi terkini.

Dosen juga didorong untuk terus memperbarui ilmu mereka melalui berbagai sumber, termasuk hibah internal yang diberikan oleh universitas untuk mendukung riset dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Menurutnya, di tengah perkembangan dunia yang semakin dinamis, ilmu yang diperoleh di kampus saja tidak cukup untuk menghadapi tantangan dunia kerja.

Oleh karena itu, pengalaman di luar kampus juga menjadi bekal penting bagi para lulusan.

“Ilmu yang didapatkan di kampus mungkin tidak sempurna, karena banyak perkembangan yang terjadi di dunia luar, tetapi pengalaman dari luar kampus akan semakin memperkaya wawasan dan kemampuan kalian,” ujarnya.

Dia menyebut, berdasarkan survei pihak internalnya, masa tunggu kerja lulusan rata-rata memakam waktu tiga bulan.

Maka dari itu, Ia menekankan pentingnya menunjukkan kemampuan baik dari sisi hard skill maupun soft skill, serta prestasi yang dapat mengangkat derajat pribadi.

Prof. Dadang menyampaikan bahwa prestasi para alumni akan menjadi cerminan kualitas perguruan tinggi itu sendiri.

“Dunia kerja kini lebih mengutamakan keterampilan daripada ijazah semata, oleh karena itu kami juga mempersiapkan kurikulum yang mengakomodasi kebutuhan dunia kerja, supaya lulusan kami tidak asing dengan tuntutan dunia industri,” tambahnya.

Dia menuturkan, pihaknya telah menjalin kerja sama dengan berbagai industri, baik pemerintah, swasta, maupun komunitas. Ini bertujuan untuk memastikan bahwa lulusan dapat diserap dengan baik oleh dunia kerja.

“Kesuksesan itu tidak selalu linier dengan apa yang kita pelajari di kampus, tetapi dengan kemampuan untuk beradaptasi dan berkembang di dunia nyata,” ungkapnya. (*)