1.592 Calon Mahasiswa Universitas Widyatama Peroleh Paparan Stunting dari Ketua Bappeda Jabar

SABAKOTA.ID – Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat menargetkan penurunan penderita stunting atau kondisi gagal tumbuh pada anak balita, tahun 2023 menjadi hanya 19% dan tahun 2024 dengan 14% di provinsi ini.

Berbicara di hadapan 1.592 calon mahasiswa Universitas Widyatama peserta kegiatan Program Pengenalan Universitas (PPU) tahun perkuliahan 2022-2023 di Bandung Rabu (24/08), Kepala Bappeda Jabar, H. Sumasna menjelaskan Stunting adalah kondisi gagal tumbuh dan infeksi berulang yang terjadi pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis yang di Jawa Barat pada tahun 2022 mencapai 23%.

Menurut Kepala Bappeda Jabar, sesuai data statistik, penduduk Jawa Barat saat ini berjumlah 48.274.162 jiwa atau 20% dari jumlah penduduk Indonesia dan merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di negeri ini.

“Jadi jika kita menyelesaikan masalah-masalah di Jawa Barat apakah itu Stunting, kemiskinan maupun pengangguran, maka berarti kita menyelesaikan 20% dari pekerjaan rumah kependudukan di Indonesia”. Ujar Sumasna.

Dia menambahkan untuk mengatasi semakin bertambahnya penderita stanting, pemerintah terus menyiapkan program makanan tambahan bagi anak-anak yang berpotensi menderita stunting melalui asupan makanan yang baik dan bergizi.

Oleh karena itu Sumasna sangat mengapresiasi langkah Universitas Widyatama yang turut memerhatikan pentingnya sosialisasi program pemerintah dalam gerakan “zero stunting”, terutama di Provinsi Jabar kepada calon mahasisma baru.

“Saya di Bappeda dari tim penurunan stunting di Jawa Barat sangat berbahagia dan mengapresiasi setinggi-tingginya kepada Universitas Widyatama karena ini merupakan kali pertama kami mendapat respon dari perguruan tinggi untuk dapat memaparkan apa itu stunting,” jelasnya.
“Gerakan zero stunting merupakan tugas dari kita semua, baik pemerintah maupun swasta. Stunting itu sendiri dalam jangka waktu panjang akan menimbulkan kerugian secara ekonomi bagi negara,” tambahnya.

Di lain bagian pemaparannya, Ketua Bappeda Jabar juga mengatakan, “Jika anak-anak yang dilahirkan menderita stunting ,maka kebutuhan layanan kesehatan bisa jadi lebih intensif dibanding anak-anak yang tidak menderita stunting.”***