Launching IAII & Pendidikan Dasar Organisasi

Launching IAII

Saat ini, informasi sudah bias diakses dari mana saja dan kapan saja. Tidak lagi memerlukan sebuah computer atau laptop yang canggih, orang sudah bias mengakses kejadian di seluruh dunia hanya dengan perangkat ponsel mereka. Semua ini tidak lepas dari perkembangan teknologi informasi yang semakin maju dan canggih.

Indonesia, dengan jumlah penduduk yang saat ini hampir mencapai 350 juta orang dan didominasi oleh penduduk usia produktif, potensi yang luar biasa untuk menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia. Sayangnya, dari jumlah tersebut, setiap tahun, jumlah sarjana Teknologi Informasi (TI) baru di Indonesia baru mencapai 300.000 orang per tahun, yang berasal dari 250 program studi di perguruan-perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Jumlah yang besar ini tidak menjamin bahwa sebagian besar alumni TI akan terus mengembangkan kemampuannya di bidang TI. Banyak alumni yang justru berkiprah di dunia non-IT dan tidak sedikit pula yang bekerja di luar negeri. Sedangkan, Indonesia membutuhkan setiap tahunnya 500.000 lulusan TI agar dapat mengejar ketertinggalan di bidang TI.

Di sisi lain, kita juga dihadapkan dengan keinginan pemerintah untuk menerapkan e-government di semua lini. Semua aktivitas yang menggunakan kertas dan cap basah akan digantikan oleh e-document. Tentu saja dibutuhkan perencanaan dan pembangunan infrastruktur dan system informasi yang matang untuk menjangkau semua kementerian dan pemerintahan daerah di 17.000 pulau di seluruh Indonesia.Teknologi Informasi memiliki variasi profesi yang sangat beragam. Lulusan TI dapat bekerja sebagai programmer, operator, technical support, system administrator, database analyst, dll. Sayangnya, saat ini semua institusi menetapkan kebutuhan penguasaan teknis dan pengalaman yang berbeda-beda untuk setiap profesi tersebut. Selain itu, setiap perguruan tinggi pun memiliki referensi kurikulum yang berbeda yang diajarkan di institusinya. Akibatnya, lulusan TI di Indonesia memiliki basis pengetahuan yang juga sangat beragam, dan tidak serta-merta siap untuk langsung bekerja di dunia industri. Sementara itu, perusahaan yang mempekerjakan lulusan TI berharap banyak bahwa lulusan TI yang direkrut dapat menyelesaikan berbagai macam persoalan di internal perusahaan. Ketidaksiapan lulusan TI dan kurangnya pengalaman berakibat pada rendahnya kualitas pekerjaan yang dihasilkan oleh lulusan TI, yang kemudian menurunkan kepercayaan industry terhadap kualitas lulusan TI di Indonesia. Kondisi ini dapat dijawab dengan menerapkan sertifikasi profesi bagi lulusan TI. Adapun perusahaan yang berniat untuk mengembangkan kualitas SDM TI nya, dapat mengikutsertakan SDM TI nya untuk mengikuti pelatihan dan sertifikasi ini. sayangnya, banyak proses sertifikasi yang tersedia sudah terafiliasi dengan produk dan teknologi tertentu dan perusahaan pun perlu merogoh kocek cukup dalam untuk membayar biaya pelatihan dan sertifikasi tersebut. Di sisi lain, lulusan TI yang tidak memiliki keahlian dan sertifikasi terpaksa menerima upah yang kurang layak.