Ibu Koesbandijah, Sosok Pengabdi Pendidikan Dan Edupreneur

Profesor Wanita Pertama di Indonesia

Prof. Dr. Hj. Koesbandijah, AK. M.S., Ak (Ibu Koes) pendiri Yayasan Widyatama badan penyelenggara Universitas Widyatama – yang juga Anggota Dewan Penasehat Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI)  Wilayah Jawa Barat, telah berpulang ke Rahmatullah.

Ibu Koes adalah sosok yang begitu intens menggeluti profesinya sebagai pendidik sekaligus praktisi akuntansi (akuntan). Sebagai akuntan beliau merintis profesi sejak tahun 1970, di Kantor Akuntan Publik Dra. Koesbandijah yang selanjutnya pada tahun 1995 s/d sekarang menjadi Kantor Akuntan Publik Koesbandijah – Beddy Samsi – Setiasih / KAP KBS.

Di lingkungan pendidikan – pendidikan tinggi, Ibu Koes adalah sosok yang mencintai pendidikan dan memberikan pengabdian penuh. Jiwa pengabdiannya diwujudkan melalui upaya beliau mendirikan yayasan dan lembaga pendidikan yang sekarang dikenal dengan Yayasan Widyatama dan Universitas Widyatama. Karena itu tidak berlebihan Ibu Koes adalah sosok yang begitu lekat dengan dunia akuntasi dan pendidikan. Sebagai akuntan beliau teguh dalam prinsip. Sebagai pendidik beliau sangat peduli dengan pendidikan anak-anak bangsa, mahasiswa bimbingannya, serta para asisten yang mendampinginya. Beliau selalu berpesan bahwa lembaga pendidikannya harus memberi akses yang luas bagi anak-anak bangsa. Implikasi dari itu, setiap tahun sekitar 200 mahasiswa berprestasi diberikan beasiswa dari lembaga yang dipimpinnya.

Sebagia pempinan beliau adalah pengayom terhadap semua jajaran. Beliau adalah figur “seorang ibu” yang selalu mengayomi anak-anaknya dalam arti yang luas. Berkembangnya suatu organisasi tentunya tidak terlepas dari bagaimana organisasi tersebut dikelola dan dipimpin. Demikian pula, keberhasilan mengelola perguruan tinggi dan yayasan pendidikan tentunya tidak terlepas dari manajemen dan kepemimpinan.

Kecintaan Ibu Koes terhadap pendidikan mendorong beliau belajar di Nederlandse Economische Hogeschool di Rotterdam  sekarang menjadi Erasmus University. Dua tahun, 1970 – 1972 dengan segala tantangan yang dihadapi di negeri kincir angin Ibu Koes menyelesaikan studi akuntansi.

Perjalanan pendidikan selama dua tahun di Nederlandse Economische Hogeschool (NEH) telah membangunkan angan-angan beliau mendirikan lembaga pendidikan seperti halnya Nederlandse Economiche Hogeschool. Tujuannya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Menjelanng akhir tahun 1972, tepatnya 28 Desember 1972 cita-cita mendirikan lembaga pendidikan secara nyata diwujudkan. Melalui Kantor Notaris Noezar pendirian Yayasan yang menyelenggarakan Lembaga Pendidikan khusus dibidang Akuntansi dipersiapkan dan pada tanggal 3 Januari 1973 Yayasan Pendidikan dan Pengajaran Akuntasi Bandung (YPPAB) berdiri. Kemudian dibulan yang sama – Januari 1973 – dibuka lembaga pendidikan akuntansi dengan nama Institut Akuntansi Bandung/ IAB.

Gairah serta cintanya Ibu Koes terhadap pendidikan menjadikan beliau selalu memikirkan keberlanjutan Yayasan dan Universitas Widyatama. Hal ini merupakan wujud kepedulian beliau akan pendidikan anak-anak bangsa yang menjadi cita-citanya sejak dahulu. Beliau merintis lembaga pendidikan ini dengan sepenuh hati dan pengorbanan total sampai akhir hayatnya. Dedikasi, kreativitas dan kebaikan Ibu Koes telah meninspirasi banyak orang. Semangatnya selalu menginspirasi generasi-generasi muda dan orang-orang sekitarnya. Keluarga besar Ikatan Akuntan Indonesia mengatakan bahwa beliau adalah tokoh Akuntan Indonesia, yang tercatat sebagai anggota Dewan Penasihat Ikatan Akuntan Indonesia/ IAI Wilayah Jawa Barat.

Erry Ryana Hardjapamekas, mantan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, yang juga salah seorang mahasiswanya mengatakan: “Ibu Koes adalah wanita Profesor akuntansi pertama di Indonesia, guru besar Ilmu Akuntasi, dan merupakan pendiri Yayasan/ Universitas Widyatama, Bandung”.

Rektor Universitas Widyatama, Dr. Ir. Meme S. Sutoko DEA menyatakan bahwa: “Ibu Koes  telah menunjukan pengabdian, dedikasi, dan loyalitas pada pendidikan serta memiliki sikap hidup seorang ibu, pejuang, entrepreneur. Ini merupakan sauri tauladan yang luar biasa, perwujudan nyata dari cita- cita ibu Kartini, serta contoh bagi generasi muda. Selama 40 tahun membangun komunitas pendidikan Widyatama, mencerdaskan ribuan generasi muda penerus bangsa dan negara, cerminan pengabdian dan kebajikan tanpa henti sampai akhir hayatnya”. Ini tentunya merupakan kehilangan bagi dunia pendidikan, maupun sosok wanita sebagaimana yang dicita- citakan Kartini dan Dewi Sartika.

Di usianya yang 88 tahun beliau tetap aktif bekerja mencurahkan segala daya untuk memenuhi kewajibannya sebagai pendidik, sekaligus pimpinan. Dalam sambutan di hari jadi Yayasan ke-40 tanggal 5 Januari 2013 lalu, beliau menyampaikan harapan dan pesan, bahwa “Sebagaimana manusia biasa, saya adalah seorang yang diberi berbagai keterbatasan dan kemampuan oleh Yang Maha Kuasa. Dari faktor usia, saya sekarang ini bukanlah termasuk dalam kategori usia produktif, karena usia saya sudah cukup tua, yaitu akan 88 tahun. Namun, di sela- sela ketuaan saya ini, saya tetap memiliki seamangat untuk tetap menjaga dan mendorong agar Widyatama baik Yayasan maupun Universitasnya terus berkibar dan takkan pernah mundur selangkahpun untuk membangun  manusia- manusia Indonesia yang berguna bagi kemajuan dan kesejahteraan bangsa ini. Walaupun saya sudah berada di usia senja  takkan pupus kebanggaan saya terhadap Widyatama yang pernah saya rintis sejak nol sampai menjadi seperti sekarang ini, tentunya saya berkeinginan agar perkembangan Widyatama tetap berlanjut terus bahkan terus membaik manakala saya sudah tidak berkiprah lagi”.

Apa yang dilakukan Ibu Koes merintis pendidikan tinggi selama 40 tahun sesungguhnya merupakan wirausaha pendidikan atau edupreneur. Ibu Koes mencoba mengenali adanya kemandegan dalam pendidikan akuntansi dan menyediakan jalan keluar dari kemandegan tersebut. Ibu Koes menemukan apa yang tidak berfungsi, memecahkan masalah, menyebarluaskan pemecahannya, dan menyakinkan seluruh masyarakat untuk berani melakukan perubahan di bidang pendidikan. Sebagai edupreneur ibu Koes tidak puas hanya memberi “ikan” atau mengajar cara “memancing ikan”. Beliau tidak akan diam hingga “industri perikanan” pun berubah. Itulah inivasi Ibu Koes dalam dunia pendidikan.

Selanjutnya Ibu Koes mengajak kepada semua pihak yang berada di lingkungan Widyatama untuk menumbuh kembangkan rasa memiliki Widyatama ini, agar sinarnya tetap terpancar mewarnai rona pendidikan di Nusantara ini. Ibu Koes menekankan beberapa hal untuk kemajuan Widyatama, yaitu:

  1. Agar terus ditumbuh kembangkan budaya berorganisasi yang efisien dan efektif. Organisasi yang kita kelola harus mampu didinamisasikan ke arah tujuan dan sasaran yang tepat dan benar, dengan terus memperhatikan perkembangan lingkungan, peluang dan kenala. Oleh karena itu penyesuaian struktur maupun kinrja organisasi harus mampu menjawab tantangan yang dihadapi dari masa ke masa.
  2. Tumbuhkan hubungan dan kerjasama yang harmonis di antara para pengawak organisasi yayasan maupun universitas beserta jajarannya, agar timbul dedikasi, loyalitas dan solidaritas yang kondusif dan kontributif terhadap pencapaian tugas yang dibebankan sehari-hari.
  3. Tanamkan dalam-dalam rasa memiliki organisasi ini, agar setiap saat langkah dan perjuangan kita selalui berorientasi kepada kepentingan dan kemajuan organisasi.
  4. Yakinkan pada diri sendiri, bahwa pekerjaan yang kita lakukan sehari-hari itu, bukanlah semata-mata untuk mendapatkan nafkah demi kelangsungan hidup keluarga, malainkan juga adalah untuk menuntaskan tugas mulia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa”.

Harapan ini, selanjutnya semoga mewujud dan menghantarkan Widyatama memberikan kontribusi yang berkelanjutan bagi masyarakat bangsa sesuai cita-cita Ibu Koes. Ibu Koes telah menghantarkan Widyatama melewati chapter pertamanya. Kini, Widyatama perlu mempersiapkan Chapter kedua dan seterusnya yang tentunya harus semakin antisipatif dan adaptif dalam menghadapi tantangan dan peluang yang semakin dinamis dan kompleks. Untuk itu, generasi-generasi penerus Widyatama perlu dipersiapkan, dibangun atmosfir kerja dan kepemimpinannya, serta mendapat peluang untuk berbuat salah dan mempertanggungjawabkannya sebagai bentuk pendewasaan kepemimpinan di masa depan.

Ibu Koes adalah tokoh pionir pendirian perguruan tinggi swasta bidang Akuntansi di Jawa Barat, bahkan Indonesia. Konsistensi dan upaya Ibu Koes dalam pendidikan, khususnya pendidikan tinggi menghantarkannya menerima penghargaan “Sewaka Winayaroha” dari Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi – Departemen Pendidikan Nasional. Meskipun Ibu Koes tidak lagi di sekitar kita, tetapi semangat kreatifitasnya tetap hidup dan TETAP HIDUP.

(Redaksi Komunita)